HTML Blogger Template (HTML)

HTML Blogger Template (HTML)

×

Iklan

BERITA NASIONAL


Sorotan


News Feed Indeks Artikel

Mitos Keramat Gunung Payung Markas Lawan Belanda

Kamis, 15 Februari 2024, Februari 15, 2024 WIB

Last Updated 2024-02-15T14:54:24Z
(Gambar makan Mbah Jago, doc photo istimewa)


BOGOR, Keramat.id - Sebuah cerita singkat tokoh Embah Jago, Kamoung Kujang, Desa Jonggol, Kabuparen Bogor, Provinsi Jawa Barat, bila dikutip dari cerita masyarakat kampung kujang babakan dan dongeng orang tua dari mulut ke mulut masyarakat, khususnya sekitar Keramat Gunung Payung dalam tutungkusan cerita (sejarah), Kamis (14/2/2024).


Dihimpun dari cerita warga, mengenai keberadaan para leluhur kita, khususnya turunan mbah Jago antara Kamoung Kujang dan Jagaita, khususnya warga desa Jonggol.


Diambil titimangsanya atau batas jaman rawa jaha (Jonggol sekarang] menurut dongeng Jonggol di ambil dari tempat asal mula Jogol (adu ketangkasasan bela diri) bisa di sebut pasea (bertarung) rawa Jaha.


Pada jaman itu, di tokohi Ki Bairah ketokohan Ki Bairah kekuasaannya berakhir takala masuk dua tokoh di wilayah rawa jaha, yaitu; Gentang Pakuan dan Subang Karanjang (Adi juga Lancek) kakak beradik dari daerah batutulis pajajaran.


Terjadi perang Jogol yang dimenangkan oleh Gentang Pakuan dan Sumbang Karanjang dari sejak itu rawa jaha di ganti tempat Jogol sekarang jadi Jonggol yang berada di desa Jonggol.


Adapun makam keramat Gunung Payung ceritanya, istilah masyarakat kampung Kujang khususnya dulunya Gugunung itu dijadikan markas bangsa kita menghadapi kolonial belanda.


Ada keajaiban dan pertolongan Allah SWT, pandangan musuh sering dikecohkan penglihatannya, Gunung Payung, penglihatan musuh mereka hanya melihat rawa - rawa dan semak belukar saja, padahal di situ berkumpul pasukan kita.


Kekuasa gentang pakuan dan adiknya itu berakhir setelah datang mbah Akim dari Sukaraja Bogor.


Mbah Akim datang dengan dua putra putrinya. yaitu, Jaya Laksana (Jago) dan Nyai Sari (Sarah).

cerita dongeng aki-aki dulu, Nyai Sari hanyut di sungai nyarah diakar pohon (Nyangkut), Nyangsang basa sunda jadi lah julukan bah sarah.


Dalam ketokohannya  mbah Akim banyak bersemedi di gunung hanjuang kamantren, bahkan konon di ceritakan, keris beliau ketinggalan di gunung tersebut.


Abah Akim juga punya hewan peliharaan kuda lima ekor Hideng, Bangbung Koneng, Bodas, Coklat  dan yang corak belang dan saat pertempuran kuda kesayangannya terbunuh saat melawan belanda.

Beliau sangat kecewa dan terpukul  karna kuda kesayangannya.


Mbah Jago putra embah Akim cerita singkat mbah Jago menurut cerita, mbah Jago senang bertualang mengembara dari satu tempat ke tempat yang lainnya.


Mbah Jago (Eyang Jaya Laksana) di karuniai seorang putra bernama Arpan berputra Apihi berputra Jaja berputra Shahib berputra Utan Muhtar (Mbah Utan) Kujang babakan saksi hidup dari ceritra singkat nenek moyang embah Jago kujang jonggol. (kutifan)

Komentar

Tampilkan